KHUTBAH HIKMAH IDUL FITRI
Oleh : Ali Zaidi Al-Khoththoth
Allahu Akbar… 9X
Allahu Akbar… Walillahilhamdu
Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang
sholat ‘Id rahimakumulloh
Segala puji dan
syukur mari sama-sama kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan sifat
Rahman dan Rahim-Nya telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita
sekalian, sehingga kita mampu menyelesaikan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan.
Puasa telah selesai kita laksanakan, shalat tarawih juga selesai kita tegakkkan. Semoga Ramadhan yang kita lalui, yang merupakan tempat penggemblengan atas diri kita, mampu menghasilkan ketakwaan di hati kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nan mulia, Nabi akhir zaman, Rasululloh SAW, beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti risalahnya dengan ikhsan.
Puasa telah selesai kita laksanakan, shalat tarawih juga selesai kita tegakkkan. Semoga Ramadhan yang kita lalui, yang merupakan tempat penggemblengan atas diri kita, mampu menghasilkan ketakwaan di hati kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nan mulia, Nabi akhir zaman, Rasululloh SAW, beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti risalahnya dengan ikhsan.
Pada
hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh pelosok dunia, hingga
pojok-pojok kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan gunung-gunung, semua
membesarkan asma Allah Ta’ala,
mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat takbir,
tahlil dan tahmid menggetarkan angkasa raya, merasuk ke dalam hati pribadi
manusia-manusia yang bertaqwa.
Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya
melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Subhanahu
wata'ala, setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan,
bulan yang diagungkan, bulan yang setiap amal ibadah yang kita lakukan di bulan
itu ditingkatkan nilai pahalanya oleh Allah SWT, yaitu ibadah puasa di bulan
Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain adalah dengan
meningkatkan amaliah takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan
yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kepada kita
berupa akidah yang benar, iman yang benar, dien yang benar yakni tuntunan
syari’at agama Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal-jama’ah. sementara itu masih banyak orang yang tidak
mendapatkannya.
Ma’asyiral
muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh
Pertama-tama, khatib berwasiat kepada
diri pribadi khatib sendiri dan umumnya kapada jama’ah sekalian, marilah kita
tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala
perintah-Nya dan mejauhi segala larangan-Nya. Sesungguhnya Allah tidak
memerintahkan sesuatu kecuali kebaikan dan tidak melarang sesuatu kecuali
keburukan.
Di
dalam al-Qur’an Allah berfirman:
Sesungguhya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim
dan Musa (QS al-A’la: 14-19)
Bulan
Ramadhan telah berlalu, dan kita tidak tahu apakah kita masih akan bertemu dengan
bulan nan agung itu ataukah tidak. Puasa sudah kita jalankan sebulan penuh.
Harapan kita semoga Allah menerima segala amal kita, shalat kita, puasa kita,
tadarus kita, ta’lim kita, dan segala amal baik yang telah kita lakukan. Semoga
amal tersebut bersih dari sifat pamer, sifat sum’ah, sifat sombong, dan segala
sifat buruk yang lain. Semoga puasa yang telah kita laksanakan dapat
meningkatkan derajat takwa kita kepada Allah sesuai dengan tujuan
diperintahkannya puasa; yakni agar kamu bertaqwa.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa (QS al-Baqarah: 183)
Setelah
puasa selesai kita jalankan, datanglah kewajiban baru bagi kita, yaitu membayar
zakat. Zakat ada dua macam, yaitu zakat mal yang harus dibayarkan setelah
sempurna nishab dan haulnya dan zakat fitrah yang harus dibayarkan pada malam
hari’id sebelum dilaksanakannya shalat idul fitri.
Beliau
bersabda:
Barang siapa menunaikan zakat malnya berarti
telah hilanglah keburukan dari dirinya
Beliau juga bersabda:
Bentengilah hartamu dengan zakat dan
obatilah orang yang sakit diantara kamu dengan sedekah.
Nabi saw juga bersabda:
Hendaklah kalian bersedekah karena di dalam
sedekah itu ada enam hal; tiga di dunia dan tiga di akhirat. Tiga hal yang di
dunia adalah menambah rejeki, memperbanyak harta, dan memakmurkan rumah. Adapun
tiga hal di akhirat adalah; menutup keburukan, menjadi naungan di atas kepala
dan menjadi penutup dari siksa api neraka.
Allah telah memberikan ancaman
yang sangat pedih bagi orang yang enggan membayar zakat. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman:
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan
emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang
(akhirat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS at-Taubah: 34-35)
Adapun
zakat fitrah, adalah zakat untuk menyucikan badan. Zakat fitrah dibebankan
kepada setiap kepala keluarga. Dia harus membayarkan setiap anggota keluarganya
berupa bahan makanan pokok yang jika di Indonesia bisa diwujudkan dalam bentuk
beras seberat satu sha’, atau menurut kesepakatan para ulama dua setengah kilogram
beras. Setiap orang yang menjadi tanggungannya harus dibayarkan zakat fitrahnya,
baik orang itu tua maupun muda, besar maupun kecil, laki-laki maupun wanita,
merdeka maupun budak.
Dalam
sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Anas disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
Bulan Ramadhan tergantung di antara langit dan bumi
dan tidak diangkat kecuali dengan zakat fitrah.
Ma’asyiral
muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh
Hari
ini adalah hari raya atau dinamakan yaumul ‘id. Rasulullah saw bersabda:
Hiasilah hari rayamu dengan takbir
Dalam hadist lain disebutkan
bahwa Rasulullah saw bersabda:
Hiasilah
dua hari raya dengan mengesakan Allah, mensucikan Allah, memuji Allah dan
mengagungkan Asma Allah.
Wahab
bin Munabbih menceritakan: Sesungguhnya Iblis mengerang-erang pada hari ‘id.
Lalu bala tentaranya mendatanginya dan bertanya kepadanya, “Wahai junjungan
kami, apakah yang membuat Anda marah? Dari langit atau dari bumi, ataukah dari
gunung? Niscaya kami akan menghancurkannya.” Iblis, berkata, “Sesungguhnya
Allah telah mengampuni ummat Muhammad pada hari ini. Kalian harus membuat
mereka sibuk dengan berbagai kenikmatan dan minum khamr hingga Allah marah lagi
kepada mereka.
Betapa
banyak orang yang mempersiapkan dirinya untuk menjemput hari raya, namun ajal
telah merenggutnya. Betapa banyak orang yang pada tahun lalu merayakan hari
raya bersama kita, namun sekarang telah meninggalkan kita. Alangkah
berbahagianya orang yang pada hari raya ini ingat janji dan ancaman Allah dan
senantiasa mengharap tambahan limpahan rahmat dan nikmat dari Allah. Maka
bersyukurlah kita, bahwa pada hari ini, saat hari kemenangan ini kita rayakan,
kita masih bisa merayakannya bersama keluarga kita, orang tua kita, famili kita
dan orang-orang yang kita cintai, semoga leburlah sudah segala khilaf dan dosa
yang pernah kita lakukan, dengan kita saling berma’af-ma’afan.
Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang
sholat ‘Id rahimakumulloh
Ada
dua hikayat indah yang bisa kita jadikan teladan di hari raya nan mulia ini:
Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul
Aziz melihat putranya yang memakai pakaian robek pada hari raya. Khalifah
menangis. Anak kecil itu bertanya, “Ayahanda, Apa yang membuat Ayahanda
menangis?” khalifah Umar berkata, “Anakku, aku takut hatimu akan menjadi hancur
di hari raya ini, jika banyak anak seusiamu melihatmu mengenakan pakaian sobek
ini. Wahai ayahanda, sesungguhnya orang yang hancur hatinya adalah orang yang
tidak mendapatkan ridha dari Allah atau orang yang durhaka kepada ibu-bapaknya.
Sungguh ananda mengharap Allah ridha kepada ananda karena ayahanda ridha kepada
ananda.” Mendengar jawaban ini Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu. Ia
segera memeluk dan mencium putranya dan berdoa untuk putranya tercinta. Allah
pun kemudian menjadikan putra sang
khalifah Umar bin Abdul Aziz tersebut sebagai orang yang paling zuhud
sesudahnya.
Kisah
kedua yang patut kita perhatikan adalah; ada seorang laki-laki melihat Imam Ali
karramallahu wajhah sedang makan roti yang alot. Laki-laki itu bertanya, “Wahai
Amirul Mukminin, pada hari raya ini Anda makan roti yang begitu alot?” Beliau
menjawab, “Hari raya hanyalah bagi orang yang dirterima puasanya, disyukuri
usahanya, dan diampuni dosanya.” Lalu Imam Ali berkata, “Bagi kami hari ini
adalah hari raya. Bagi kami hari esok adalah hari raya. Dan setiap hari yang
tidak kami gunakan untuk berbuat maksiat kepada Allah adalah hari raya.”
Ma’asyiral
muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh
Marilah
hari raya ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk mencari ridha kepada sesama
manusia; kepada orangtua, kepada sanak saudara, kepada handai tolan dan
tetangga, dan kepada siapapun yang mengenal kita. Kita minta maaf kepada
mereka, memberi maaf kepada mereka, dan menyambung kembali persaudaraan yang
terputus dengan mereka. Bukan hanya sebatas pamanis bibir, namun masuk ke
relung hati sanubari yang paling mendasar.
Orang yang menyambung silaturrahmi itu
bukanlah orang yang berbuat yang sepadan, namun orang yang menyambung
silaturrahmi adalah orang yang apabila persaudaraannya diputuskan, maka ia
menyambungkannya.
Artinya menyambung silaturrahmi
yang sejati adalah menyambung persaudaraan orang yang telah memutuskan
persaudaraan kita. Kita menyapa orang yang mendiamkan kita, kita memaafkan
orang yang bersalah kepada kita, dan kita mau memberi kepada orang yang
bersifat pelit kepada kita.
Karena
itu janganlah kita saling membelakangi, jangan saling membenci, dan jangan saling
memusuhi. Hari raya ini sebagai sarana bagi kita untuk menyambung kembali
persaudaraan yang telah koyak dan memaafkan yang telah bersalah. Sejak saat
ini, marilah kita tebarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama ummat manusia,
terutama kepada saudara-saudara kita yang seiman dan seaqidah. Semoga kita
termasuk orang-orang yang kembali menjadi fitrah dan menang melawan hawa nafsu.
Semoga puasa kita benar-benar bisa menjadikan kita sebagai orang yang bertakwa,
orang yang mulia di sisi Allah SWT.
Ma’asyiral
muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh
Bulan
Ramadhan telah lewat dan bulan Syawal telah datang. Satu harapan kita, Semoga
bulan Syawal menjadi bulan peningkatan bagi ketaatan kita kepada Allah, bukan
malah sebaliknya. Kita berharap di bulan Syawal ini, masjid-masjid tetap meriah
dengan jama’ah shalatnya. Kita berharap, di bulan Syawal ini, kita tetap rajin untuk
membaca al-Qur’an, kita berharap semoga di bulan Syawal ini, kita yang
diberilkan kelebihan rizqi oleh Alloh tetap bisa berbagi kepada sesama dengan bersedekah.
Akhirnya,
Semoga khutbah ini bisa bermanfaat bagi kita baik di dunia maupun di akhirat.
Dan pada sebelas bulan yang akan kita tempuh,
Alloh SWT senantiasa memberikan
kekuatan iman di hati kita sehingga mampu melewatinya dengan kendaraan taqwa
yang akhirnya bisa bertemu lagi pada
Ramadhan di tahun depan. Amin Yaa Robbal’ Alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar