Senin, 20 Agustus 2012

HIKMAH 'IDUL FITRI


KHUTBAH HIKMAH IDUL FITRI

Oleh : Ali Zaidi Al-Khoththoth



Allahu Akbar… 9X
Allahu Akbar… Walillahilhamdu
Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh
Segala puji dan syukur mari sama-sama kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita mampu menyelesaikan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan.
Puasa telah selesai kita laksanakan, shalat tarawih juga selesai kita tegakkkan. Semoga Ramadhan yang kita lalui, yang merupakan tempat  penggemblengan atas diri kita, mampu menghasilkan ketakwaan di hati kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan nan mulia, Nabi akhir zaman, Rasululloh SAW,  beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti risalahnya  dengan ikhsan.

Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh pelosok dunia, hingga pojok-pojok kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan gunung-gunung, semua membesarkan asma Allah Ta’ala, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat takbir, tahlil dan tahmid menggetarkan angkasa raya, merasuk ke dalam hati pribadi manusia-manusia yang bertaqwa.  

Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Subhanahu wata'ala, setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, bulan yang diagungkan, bulan yang setiap amal ibadah yang kita lakukan di bulan itu ditingkatkan nilai pahalanya oleh Allah SWT, yaitu ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain adalah dengan meningkatkan amaliah takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar, iman yang benar, dien yang benar yakni tuntunan syari’at agama Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal-jama’ah. sementara itu masih banyak orang yang tidak mendapatkannya.


          Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh
Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri pribadi khatib sendiri dan umumnya kapada jama’ah sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan mejauhi segala larangan-Nya. Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan sesuatu kecuali kebaikan dan tidak melarang sesuatu kecuali keburukan.


          Di dalam al-Qur’an Allah berfirman:

          Sesungguhya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa (QS al-A’la: 14-19)
          Bulan Ramadhan telah berlalu, dan kita tidak tahu apakah kita masih akan bertemu dengan bulan nan agung itu ataukah tidak. Puasa sudah kita jalankan sebulan penuh. Harapan kita semoga Allah menerima segala amal kita, shalat kita, puasa kita, tadarus kita, ta’lim kita, dan segala amal baik yang telah kita lakukan. Semoga amal tersebut bersih dari sifat pamer, sifat sum’ah, sifat sombong, dan segala sifat buruk yang lain. Semoga puasa yang telah kita laksanakan dapat meningkatkan derajat takwa kita kepada Allah sesuai dengan tujuan diperintahkannya puasa; yakni agar kamu bertaqwa.
          Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS al-Baqarah: 183)

         Setelah puasa selesai kita jalankan, datanglah kewajiban baru bagi kita, yaitu membayar zakat. Zakat ada dua macam, yaitu zakat mal yang harus dibayarkan setelah sempurna nishab dan haulnya dan zakat fitrah yang harus dibayarkan pada malam hari’id sebelum dilaksanakannya shalat idul fitri.
          Beliau bersabda:
          Barang siapa menunaikan zakat malnya berarti telah hilanglah keburukan dari dirinya
          Beliau juga bersabda:
          Bentengilah hartamu dengan zakat dan obatilah orang yang sakit diantara kamu dengan sedekah.

          Nabi saw juga bersabda:

          Hendaklah kalian bersedekah karena di dalam sedekah itu ada enam hal; tiga di dunia dan tiga di akhirat. Tiga hal yang di dunia adalah menambah rejeki, memperbanyak harta, dan memakmurkan rumah. Adapun tiga hal di akhirat adalah; menutup keburukan, menjadi naungan di atas kepala dan menjadi penutup dari siksa api neraka.
          Allah telah memberikan ancaman yang sangat pedih bagi orang yang enggan membayar zakat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

          Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akhirat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS at-Taubah: 34-35)

          Adapun zakat fitrah, adalah zakat untuk menyucikan badan. Zakat fitrah dibebankan kepada setiap kepala keluarga. Dia harus membayarkan setiap anggota keluarganya berupa bahan makanan pokok yang jika di Indonesia bisa diwujudkan dalam bentuk beras seberat satu sha’, atau menurut kesepakatan para ulama dua setengah kilogram beras. Setiap orang yang menjadi tanggungannya harus dibayarkan zakat fitrahnya, baik orang itu tua maupun muda, besar maupun kecil, laki-laki maupun wanita, merdeka maupun budak.
          Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Anas disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
Bulan Ramadhan tergantung di antara langit dan bumi dan tidak diangkat kecuali dengan zakat fitrah.
          Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh
          Hari ini adalah hari raya atau dinamakan yaumul ‘id. Rasulullah saw bersabda:

                   Hiasilah hari rayamu dengan takbir

          Dalam hadist lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

          Hiasilah dua hari raya dengan mengesakan Allah, mensucikan Allah, memuji Allah dan mengagungkan Asma Allah.


          Wahab bin Munabbih menceritakan: Sesungguhnya Iblis mengerang-erang pada hari ‘id. Lalu bala tentaranya mendatanginya dan bertanya kepadanya, “Wahai junjungan kami, apakah yang membuat Anda marah? Dari langit atau dari bumi, ataukah dari gunung? Niscaya kami akan menghancurkannya.” Iblis, berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengampuni ummat Muhammad pada hari ini. Kalian harus membuat mereka sibuk dengan berbagai kenikmatan dan minum khamr hingga Allah marah lagi kepada mereka.

          Betapa banyak orang yang mempersiapkan dirinya untuk menjemput hari raya, namun ajal telah merenggutnya. Betapa banyak orang yang pada tahun lalu merayakan hari raya bersama kita, namun sekarang telah meninggalkan kita. Alangkah berbahagianya orang yang pada hari raya ini ingat janji dan ancaman Allah dan senantiasa mengharap tambahan limpahan rahmat dan nikmat dari Allah. Maka bersyukurlah kita, bahwa pada hari ini, saat hari kemenangan ini kita rayakan, kita masih bisa merayakannya bersama keluarga kita, orang tua kita, famili kita dan orang-orang yang kita cintai, semoga leburlah sudah segala khilaf dan dosa yang pernah kita lakukan, dengan kita saling berma’af-ma’afan.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh

          Ada dua hikayat indah yang bisa kita jadikan teladan di hari raya nan mulia ini:
Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz melihat putranya yang memakai pakaian robek pada hari raya. Khalifah menangis. Anak kecil itu bertanya, “Ayahanda, Apa yang membuat Ayahanda menangis?” khalifah Umar berkata, “Anakku, aku takut hatimu akan menjadi hancur di hari raya ini, jika banyak anak seusiamu melihatmu mengenakan pakaian sobek ini. Wahai ayahanda, sesungguhnya orang yang hancur hatinya adalah orang yang tidak mendapatkan ridha dari Allah atau orang yang durhaka kepada ibu-bapaknya. Sungguh ananda mengharap Allah ridha kepada ananda karena ayahanda ridha kepada ananda.” Mendengar jawaban ini Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu. Ia segera memeluk dan mencium putranya dan berdoa untuk putranya tercinta. Allah pun kemudian menjadikan putra  sang khalifah Umar bin Abdul Aziz tersebut sebagai orang yang paling zuhud sesudahnya.
          Kisah kedua yang patut kita perhatikan adalah; ada seorang laki-laki melihat Imam Ali karramallahu wajhah sedang makan roti yang alot. Laki-laki itu bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, pada hari raya ini Anda makan roti yang begitu alot?” Beliau menjawab, “Hari raya hanyalah bagi orang yang dirterima puasanya, disyukuri usahanya, dan diampuni dosanya.” Lalu Imam Ali berkata, “Bagi kami hari ini adalah hari raya. Bagi kami hari esok adalah hari raya. Dan setiap hari yang tidak kami gunakan untuk berbuat maksiat kepada Allah adalah hari raya.”
          Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh

          Marilah hari raya ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk mencari ridha kepada sesama manusia; kepada orangtua, kepada sanak saudara, kepada handai tolan dan tetangga, dan kepada siapapun yang mengenal kita. Kita minta maaf kepada mereka, memberi maaf kepada mereka, dan menyambung kembali persaudaraan yang terputus dengan mereka. Bukan hanya sebatas pamanis bibir, namun masuk ke relung hati sanubari yang paling mendasar.
          Orang yang menyambung silaturrahmi itu bukanlah orang yang berbuat yang sepadan, namun orang yang menyambung silaturrahmi adalah orang yang apabila persaudaraannya diputuskan, maka ia menyambungkannya.


          Artinya menyambung silaturrahmi yang sejati adalah menyambung persaudaraan orang yang telah memutuskan persaudaraan kita. Kita menyapa orang yang mendiamkan kita, kita memaafkan orang yang bersalah kepada kita, dan kita mau memberi kepada orang yang bersifat pelit kepada kita.

          Karena itu janganlah kita saling membelakangi, jangan saling membenci, dan jangan saling memusuhi. Hari raya ini sebagai sarana bagi kita untuk menyambung kembali persaudaraan yang telah koyak dan memaafkan yang telah bersalah. Sejak saat ini, marilah kita tebarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama ummat manusia, terutama kepada saudara-saudara kita yang seiman dan seaqidah. Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali menjadi fitrah dan menang melawan hawa nafsu. Semoga puasa kita benar-benar bisa menjadikan kita sebagai orang yang bertakwa, orang yang mulia di sisi Allah SWT.
          Ma’asyiral muslimin wal muslimat sidang sholat ‘Id rahimakumulloh

          Bulan Ramadhan telah lewat dan bulan Syawal telah datang. Satu harapan kita, Semoga bulan Syawal menjadi bulan peningkatan bagi ketaatan kita kepada Allah, bukan malah sebaliknya. Kita berharap di bulan Syawal ini, masjid-masjid tetap meriah dengan jama’ah shalatnya. Kita berharap, di bulan Syawal ini, kita tetap rajin untuk membaca al-Qur’an, kita berharap semoga di bulan Syawal ini, kita yang diberilkan kelebihan rizqi oleh Alloh tetap bisa berbagi kepada sesama dengan bersedekah.


          Akhirnya, Semoga khutbah ini bisa bermanfaat bagi kita baik di dunia maupun di akhirat. Dan pada sebelas bulan yang akan kita tempuh,  Alloh  SWT senantiasa memberikan kekuatan iman di hati kita sehingga mampu melewatinya dengan kendaraan taqwa yang akhirnya  bisa bertemu lagi pada Ramadhan di tahun depan. Amin Yaa Robbal’ Alamiin.

Tidak ada komentar: