Cinta adalah fitrah manusia.
Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya.
Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya.
Rasa cinta bisa menjadi anugerah jika luapkan sesuai dengan bingkai nilai-nilai ilahiyah. Namun, perasaan cinta dapat membawa manusia ke jurang kenistaan
bila diumbar demi kesenangan semata dan dikendalikan nafsu liar.
bila diumbar demi kesenangan semata dan dikendalikan nafsu liar.
Islam sebagai syariat yang sempurna, memberi koridor bagi penyaluran fitrah ini.
Apalagi cinta yang kuat adalah salah satu energi yang bisa melanggengkan hubungan
seorang pria dan wanita dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Karena itu,
seorang pria shalih tidak asal dapat dalam memilih wanita untuk dijadikan
pendamping hidupnya.
Apalagi cinta yang kuat adalah salah satu energi yang bisa melanggengkan hubungan
seorang pria dan wanita dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Karena itu,
seorang pria shalih tidak asal dapat dalam memilih wanita untuk dijadikan
pendamping hidupnya.
Ada banyak faktor yang bisa menjadi sebab munculnya rasa cinta seorang pria
kepada wanita untuk diperistri. Setidak-tidaknya seperti di bawah ini.
kepada wanita untuk diperistri. Setidak-tidaknya seperti di bawah ini.
1. Karena akidahnya yang Shahih
Keluarga adalah salah satu benteng akidah. Sebagai benteng akidah,
keluarga harus benar-benar kokoh dan tidak bisa ditembus. Jika rapuh,
maka rusaklah segala galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin
selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang bisa membantu seorang
lelaki menjaga kekokohan benteng rumah tangganya adalah istri shalihah yang
berakidah shahih serta paham betul akan peran dan fungsinya sebagai
madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.
keluarga harus benar-benar kokoh dan tidak bisa ditembus. Jika rapuh,
maka rusaklah segala galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin
selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang bisa membantu seorang
lelaki menjaga kekokohan benteng rumah tangganya adalah istri shalihah yang
berakidah shahih serta paham betul akan peran dan fungsinya sebagai
madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.
Allah menekankah hal ini dalam firmanNya,
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”
(Al-Baqarah: 221)
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”
(Al-Baqarah: 221)
2. Karena paham agama dan mengamalkannya
Ada banyak hal yang membuat seorang lelaki mencintai wanita.
Ada yang karena kemolekannya semata. Ada juga karena status sosialnya.
Tidak sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tapi, kata Rasulullah
yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang faqih dalam
urusan agamanya. Itulah wanita dambaan yang lelaki shalih.
Ada yang karena kemolekannya semata. Ada juga karena status sosialnya.
Tidak sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tapi, kata Rasulullah
yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang faqih dalam
urusan agamanya. Itulah wanita dambaan yang lelaki shalih.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda,
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama
(wanita shalihah), kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama
(wanita shalihah), kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. juga menegaskan, “Dunia adalah perhiasan,
dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita yang shalihah.”
(Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita yang shalihah.”
(Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Jadi, hanya lelaki yang tidak berakal yang tidak mencintai wanita shalihah.
3. Dari keturunan yang baik
Rasulullah saw. mewanti-wanti kaum lelaki yang shalih untuk tidak asal menikahi wanita.
“Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya, “Apakah rumput hijau
sampah itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Wanita yang baik tetapi
tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan Ibnu ‘Adi)
“Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya, “Apakah rumput hijau
sampah itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Wanita yang baik tetapi
tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan Ibnu ‘Adi)
Karena itu Rasulullah saw. memberi tuntunan kepada kaum lelaki yang
beriman untuk selektif dalam mencari istri. Bukan saja harus mencari wanita
yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang punya paman
dan saudara-saudara yang baik kualitasnya.
“Pilihlah yang terbaik untuk nutfah-nutfah kalian,
dan nikahilah orang-orang yang sepadan (wanita-wanita) dan nikahilah
(wanita-wanitamu) kepada mereka (laki-laki yang sepadan),” kata Rasulullah.
(Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim, dan Baihaqi).
beriman untuk selektif dalam mencari istri. Bukan saja harus mencari wanita
yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang punya paman
dan saudara-saudara yang baik kualitasnya.
“Pilihlah yang terbaik untuk nutfah-nutfah kalian,
dan nikahilah orang-orang yang sepadan (wanita-wanita) dan nikahilah
(wanita-wanitamu) kepada mereka (laki-laki yang sepadan),” kata Rasulullah.
(Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim, dan Baihaqi).
“Carilah tempat-tempat yang cukup baik untuk benih kamu,
karena seorang lelaki itu mungkin menyerupai paman-pamannya,”
begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dalam “kamar” yang shalih,
karena perangai orang tua (keturunan) itu menurun kepada anak.”
(Ibnu ‘Adi)
karena seorang lelaki itu mungkin menyerupai paman-pamannya,”
begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dalam “kamar” yang shalih,
karena perangai orang tua (keturunan) itu menurun kepada anak.”
(Ibnu ‘Adi)
Karena itu, Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihati anak-anaknya agar memilih benih yang baik dan menghindari keturunan yang jelek.
“Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena itu hendaklah
seseorang melihat dulu tempat penanamannya. Keturunan yang jelek itu jarang
sekali melahirkan (anak), maka pilihlah yang baik meskipun agak lama.”
“Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena itu hendaklah
seseorang melihat dulu tempat penanamannya. Keturunan yang jelek itu jarang
sekali melahirkan (anak), maka pilihlah yang baik meskipun agak lama.”
4. Masih gadis
Siapapun tahu, gadis yang belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa dan bertutur,
manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan perasaan dalam hatinya.
Cinta dari seorang gadis lebih murni karena tidak pernah dibagi dengan orang lain,
kecuali suaminya.
manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan perasaan dalam hatinya.
Cinta dari seorang gadis lebih murni karena tidak pernah dibagi dengan orang lain,
kecuali suaminya.
Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan menikah dengan gadis.
“Hendaklah kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur katanya,
lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan lebih mudah menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.
“Hendaklah kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur katanya,
lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan lebih mudah menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.
Tentang hal ini A’isyah pernah menanyakan langsung ke Rasulullah saw.
“Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah lalu
pada lembah itu ada pohon yang belum pernah digembalai, dan ada pula pohon
yang sudah pernah digembalai; di manakah engkau akan menggembalakan untamu?”
Nabi menjawab, “Pada yang belum pernah digembalai.”
Lalu A’isyah berkata, “Itulah aku.”
“Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah lalu
pada lembah itu ada pohon yang belum pernah digembalai, dan ada pula pohon
yang sudah pernah digembalai; di manakah engkau akan menggembalakan untamu?”
Nabi menjawab, “Pada yang belum pernah digembalai.”
Lalu A’isyah berkata, “Itulah aku.”
Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yang kuat dan mengukuhkan
pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu menikahi janda kadang
lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini terjadi pada kasus seorang
sahabat bernama Jabir.
pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu menikahi janda kadang
lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini terjadi pada kasus seorang
sahabat bernama Jabir.
Rasulullah saw. sepulang dari Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab,
“Sudah, ya Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab,
“Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling mesra
bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah gugur
di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena itu aku menikahi
wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda, “Engkau benar, insya Allah.”
“Sudah, ya Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab,
“Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling mesra
bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah gugur
di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena itu aku menikahi
wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda, “Engkau benar, insya Allah.”
5. Sehat jasmani dan penyayang
Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata, “Seorang lelaki datang menghadap Nabi saw.
seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang baik dan cantik,
namun ia tidak bisa melahirkan. Apa sebaiknya aku menikahinya?” Beliau menjawab,
“Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap Nabi saw. untuk kedua kalinya,
dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya. Kemudian ia pun datang untuk ketiga
kalinya, lalu Nabi saw. bersabda, “Nikahilah wanita yang banyak anak,
karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian
di hadapan umat-umat lain.” (Abu Dawud dan Nasa’i).
seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang baik dan cantik,
namun ia tidak bisa melahirkan. Apa sebaiknya aku menikahinya?” Beliau menjawab,
“Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap Nabi saw. untuk kedua kalinya,
dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya. Kemudian ia pun datang untuk ketiga
kalinya, lalu Nabi saw. bersabda, “Nikahilah wanita yang banyak anak,
karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian
di hadapan umat-umat lain.” (Abu Dawud dan Nasa’i).
Karena itu, Rasulullah menegaskan, “Nikahilah wanita-wanita yang subur dan penyayang. Karena sesungguhnya aku bangga
dengan banyaknya kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan An-Nasa’i).
dengan banyaknya kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan An-Nasa’i).
6. Berakhlak mulia.
Abu Hasan Al-Mawardi dalam Kitab Nasihat Al-Muluk mengutip
perkataan Umar bin Khattab tentang memilih istri baik merupakan hak anak
atas ayahnya, “Hak seorang anak yang pertama-tama adalah mendapatkan
seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya.
Yaitu seorang wanita yang mempunyai kecantikan, mulia, beragama,
menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia,
mempunyai mentalitas yang baik dan sempurna serta mematuhi suaminya
dalam segala keadaan.”
perkataan Umar bin Khattab tentang memilih istri baik merupakan hak anak
atas ayahnya, “Hak seorang anak yang pertama-tama adalah mendapatkan
seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya.
Yaitu seorang wanita yang mempunyai kecantikan, mulia, beragama,
menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia,
mempunyai mentalitas yang baik dan sempurna serta mematuhi suaminya
dalam segala keadaan.”
7. Lemah-lembut.
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari A’isyah r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah
itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan
mereka kepada sifat lembah lembut ini.” Dalam riwayat lain disebutkan,
“Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah
memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri mereka.”
bersabda, “Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah
itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan
mereka kepada sifat lembah lembut ini.” Dalam riwayat lain disebutkan,
“Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah
memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri mereka.”
8. Menyejukkan pandangan.
Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang
sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Yaitu) wanita shalihah adalah wanita
yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan, jika diperintah ia mentaatinya,
dan jika suaminya meninggalkannya ia menjaga diri dan harta suaminya.”
(Abu daud dan An-Nasa’i)
sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Yaitu) wanita shalihah adalah wanita
yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan, jika diperintah ia mentaatinya,
dan jika suaminya meninggalkannya ia menjaga diri dan harta suaminya.”
(Abu daud dan An-Nasa’i)
“Sesungguhnya sebaik-baik wanitamu adalah yang beranak, besar cintanya, pemegang rahasia,
berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi
suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat kepada ucapan dan perintah
suaminya dan bila berdua dengan suami dia pasrahkan dirinya kepada kehendak
suaminya serta tidak berlaku seolah seperti lelaki terhadap suaminya,”
begitu kata Rasulullah saw. lagi.
berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi
suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat kepada ucapan dan perintah
suaminya dan bila berdua dengan suami dia pasrahkan dirinya kepada kehendak
suaminya serta tidak berlaku seolah seperti lelaki terhadap suaminya,”
begitu kata Rasulullah saw. lagi.
Maka tak heran jika Asma’ binti Kharijah mewasiatkan beberapa hal kepada
putrinya yang hendak menikah. “Engkau akan keluar dari kehidupan yang di
dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat tidur,
di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu menyayangimu.
Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana langit.
Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan menjadi penyangga
bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budah perempuan, maka ia akan
menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu menutupi diri darinya,
akibatnya ia bisa melemparmu. Jangan pula kamu menjauhinya yang bisa
mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekat kepadamu, maka kamu
harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka hendaklah kamu
menjauh darinya. Janganlah kami menilainya kecuali dalam hal-hal
yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu
menyimak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan
pandangan yang menyejukan.”
putrinya yang hendak menikah. “Engkau akan keluar dari kehidupan yang di
dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat tidur,
di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu menyayangimu.
Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana langit.
Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan menjadi penyangga
bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budah perempuan, maka ia akan
menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu menutupi diri darinya,
akibatnya ia bisa melemparmu. Jangan pula kamu menjauhinya yang bisa
mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekat kepadamu, maka kamu
harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka hendaklah kamu
menjauh darinya. Janganlah kami menilainya kecuali dalam hal-hal
yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu
menyimak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan
pandangan yang menyejukan.”
9. Realistis dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajiban
Salah satu sifat terpuji seorang wanita yang patut dicintai seorang lelaki
shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan yang Allah
tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima pemberian suami.
“Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar.
Engkau senang bisa memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.”
Karena itu tak heran jika acapkali melepas suaminya di depan pintu untuk pergi
mencari rezeki, mereka berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang
haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak
sanggup menahan panasnya api jahanam.”
shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan yang Allah
tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima pemberian suami.
“Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar.
Engkau senang bisa memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.”
Karena itu tak heran jika acapkali melepas suaminya di depan pintu untuk pergi
mencari rezeki, mereka berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang
haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak
sanggup menahan panasnya api jahanam.”
Kata Rasulullah, “Istri yang paling berkah adalah yang paling sedikit biayanya.”
(Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)
(Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)
Tapi, “Para wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai
kewajiban menurut kepantasan dan kewajaran,” begitu firman Allah swt.
di surah Al-Baqarah ayat 228. Pelayanan yang diberikan seorang istri sebanding
dengan jaminan dan nafkah yang diberikan suaminya. Ini perintah Allah kepada
para suami, “Berilah tempat tinggal bagi perempuan-perempuan seperti
yang kau tempati. Jangan kamu sakiti mereka dengan maksud menekan.”
(At-Thalaq: 6)
kewajiban menurut kepantasan dan kewajaran,” begitu firman Allah swt.
di surah Al-Baqarah ayat 228. Pelayanan yang diberikan seorang istri sebanding
dengan jaminan dan nafkah yang diberikan suaminya. Ini perintah Allah kepada
para suami, “Berilah tempat tinggal bagi perempuan-perempuan seperti
yang kau tempati. Jangan kamu sakiti mereka dengan maksud menekan.”
(At-Thalaq: 6)
10. Menolong suami dan mendorong keluarga untuk bertakwa
Istri yang shalihah adalah harta simpanan yang sesungguhnya yang bisa
kita jadikan tabungan di dunia dan akhirat. Iman Tirmidzi meriwayatkan bahwa
sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina yaknizuna…
(orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah),
kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian
dari sahabat berkata, “Ayat ini turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami
tahu ada harta yang lebih baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian
bersabda, “Yang lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur,
dan istri shalihah yang akan membantu seorang mukmin
untuk memelihara keimanannya.”
kita jadikan tabungan di dunia dan akhirat. Iman Tirmidzi meriwayatkan bahwa
sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina yaknizuna…
(orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah),
kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian
dari sahabat berkata, “Ayat ini turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami
tahu ada harta yang lebih baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian
bersabda, “Yang lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur,
dan istri shalihah yang akan membantu seorang mukmin
untuk memelihara keimanannya.”
11. Mengerti kelebihan dan kekurangan suaminya
Nailah binti Al-Fafishah Al-Kalbiyah adalah seorang gadis muda
yang dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar
80 tahun. Ketika itu Utsman bertanya, “Apakah kamu senang dengan
ketuaanku ini?” “Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,”
jawab Nailah. “Tapi ketuaanku ini terlalu renta.” Nailah menjawab,
“Engkau telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw.
dan itu lebih aku sukai dari segala-galanya.”
yang dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar
80 tahun. Ketika itu Utsman bertanya, “Apakah kamu senang dengan
ketuaanku ini?” “Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,”
jawab Nailah. “Tapi ketuaanku ini terlalu renta.” Nailah menjawab,
“Engkau telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw.
dan itu lebih aku sukai dari segala-galanya.”
12. Pandai bersyukur kepada suami
Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada seorang istri
yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia
sangat membutuhkannya.” (An-Nasa’i).
yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia
sangat membutuhkannya.” (An-Nasa’i).
13. Cerdas dan bijak dalam menyampaikan pendapat
Siapa yang tidak suka dengan wanita bijak seperti Ummu Salamah?
Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan
para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan bercukur,
lalu menyiapkan onta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat
tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi perjanjian yang
sepertinya merugikan pihak kaum muslimin.
Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan
para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan bercukur,
lalu menyiapkan onta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat
tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi perjanjian yang
sepertinya merugikan pihak kaum muslimin.
Rasulullah saw. menemui Ummu Salamah dan berkata,
“Orang Islam telah rusak, wahai Ummu Salamah. Aku memerintahkan mereka,
tetapi mereka tidak mau mengikuti.”
“Orang Islam telah rusak, wahai Ummu Salamah. Aku memerintahkan mereka,
tetapi mereka tidak mau mengikuti.”
Dengan kecerdasan dalam menganalisis kejadian, Ummu Salamah
mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di hadapan
mereka merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah Rasul, temui mereka,
sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak ragu bahwa mereka akan
mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul kerjakan.”
mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di hadapan
mereka merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah Rasul, temui mereka,
sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak ragu bahwa mereka akan
mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul kerjakan.”
Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar, bercukur,
menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat meniru apa
yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkah dari wanita cerdas lagi bijak dalam
menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut mendapat
cinta dari seorang lelaki yang shalih.
menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat meniru apa
yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkah dari wanita cerdas lagi bijak dalam
menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut mendapat
cinta dari seorang lelaki yang shalih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar